Minggu, 02 Agustus 2015

JARI JEMARI MENCOBA MENARI KEMBALI

Assalamualaikum..

Salam sapa dari pemilik blog ini yang sudah sekian lama menghilang dari dunia tulis menulis. Karena beberapa kesibukan saya 3 tahun belakangan ini, yang tidak perlu diceritakan dalam tulisan saat ini tentunya, karena itu bukan bagian dari topik kali ini. Maka akan saya coba mulai kembali menghidupkan blog ini dengan tulisan-tulisan yang mungkin kurang berkesan menurut sebagian pembaca, karena yang penting bagi saya berusaha saja menulis dan untung-untungan saja bisa membuat terkesan para pembaca..

Jadi pertama saya akan menceritakan awal mula si penulis mulai berpikir untuk menulis kembali. Hmm... Sepertinya tidak ada pikiran apa-apa sih sebelumnya, hanya saja tau-tau teringat bahwa memiliki blog. Entah ada kesalahan atau apalah dalam pikiran saya, mungkin hal itu adalah sesuatu yang biasa menurut beberapa teman dekat saya. Tapi pastinya sempat terlintas untuk menulis kembali dalam pikiran saya sejak mei 2015 saat menjalajahi keindahan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (tidak perlu diperinci cerita mengenai ini, karena akan segera ditulis dalam cerita lainnya).

Sedikit tambahan cerita dari tulisan ini mengenai sebutan atau judul tulisan ini. Isi tulisannya sih 5 menit udah selesai, tapi saat memikirkan judul tulisannya ini cukup memakan waktu 2 jam, itupun mendapat bantuan dari kawan seperjuangan yang penuh derita, sebut saja namanya Wendry (nama yang sebenarnya, nah loh.. haha.. maaf kawan). sempat terpikir beberapa judul seperti "penulis kembali menulis", "jari jemari bangkit dari tidurnya" sampai pada "kebangkitan sang jari jari nakal" yang begitu seramnya judul ini, akhirnya terpilihlah "JARI JEMARI MENCOBA MENARI KEMBALI".

Mungkin cukup sekian tulisan awal dari liburnya tulisan blog ini, semoga para pembaca tidak bosan dan jenuh mebaca tulisan ini dan menunggu tulisan-tulisan berikutnya. Terimakasih bagi para pembaca yang bersabar dan memaklumi tulisan-tulisan dari saya.

Wassalamualaikum...
Kemudian..

Kamis, 14 Juni 2012

Formulir Pendaftaran MBSC XIV

NB: Formulir ini diisi setelah melakukan pembayaran pendaftaran dengan menghubungi CP panitia.

Bob Abdullah 085 232 664 900
Nurul Daviq K 085 655 848 489

Kemudian..

Kamis, 31 Mei 2012

MBSC XIV NASIONAL

I. LATAR BELAKANG MBSC

( Meru Betiri Service Camp) merupakan salah satu bentuk pendidikan kader konservasi dalam memasyarakatkan kesadaran akan pentingnya konservasi sumber daya alam di masyarakat. Kader konservasi merupakan mitra pembangunan yang diharapkan mampu berperan serta dalam upaya mewujudkan masyarakat yang mencintai alam dan lingkungan. Kegiatan MBSC XIV ini juga merupakan salah satu program kerja Taman Nasional Meru Betiri. Tema dalam MBSC XIV ini adalah “Membentuk Insan Peduli Lingkungan Guna Tercipta Kelestarian Lingkungan”. Hal ini kami maksutkan bahwa MBSC XIV bertujuan untuk mencetak kader konservasi yang peduli terhadap kelestarian alam serta lingkungan sekitarnya sehingga dapat tercipta lingkungan yang lestari. Karena hal ini merupakan kewajiban kita semua sebagai motifator, katalisator, dan dinamisator dalam upaya pembangunan dewasa ini yang harus berwawasan lingkungan, sehingga tercapai keserasian lingkungan hidup guna kesejahteraan umat manusia dimasa kini dan masa mendatang. Disamping itu juga untuk meminimalkan terjadi bencana alam. Dengan terbentuknya kader konservasi yang handal melalui MBSC harapan kedepannya yaitu kader-kader tersebut dapat mengaplikasikannya dalam masyarakat umum untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya alam dalam kehidupan kita semua. Dalam pembentukan kader-kader konservasi yang handal maka perlu pelatihan dan pemberian materi yang lebih mendalam agar tercapainya suatu tujuan yaitu melestarikan alam dengan memperhatikan lingkungan sekitar. Oleh karena itu kegiatan ini sangatlah penting dalam menciptakan ataupun membentuk para penerus bangsa dalam segala hal khususnya dalam konservasi.

II. TEMA KEGIATAN

Kegiatan MBSC ini mengusung tema “Membentuk Insan Peduli Lingkungan Guna Tercipta Kelestarian Alam”

III. WAKTU PELAKSANAAN

Hari : Rabu s/d Minggu
Tanggal : 27 Juni s/d 1 Juli 2012
Waktu : 08.00 s/d Selesai
Tempat : Sukamade TN. Meru Betiri

IV. PESERTA

Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) Se- Indonesia
OPA Umum setara mahasiswa Se – Indonesia

Peserta dibatasi maksimal 1 orang untuk 1 organisasi

Peserta terbatas untuk 100 orang.

V. PERSYARATAN PESERTA

Sehat jasmani maupun rohani
Anggota MAPALA atau OPA umum dengan umur setara mahasiswa
Mengisi Formulir Pendaftaran
Membayar biaya pendaftaran Rp. 250.000,00
Menyerahkan foto berwarna 4x6 2 Lembar dan 3x4 4 Lembar
Menyerahkan Surat keterangan sehat
Menyerahkan surat legalitas dari masing-masing organisasi

VI. Fasilitas Peserta:

Buku Materi
Transport Jember – Sukamade TNMB PP
Kaos Kegiatan
Blocknote, Bolpoint dan Map
Sertifikat
ID Cart
Sticker
Kartu Kader Konservasi
Konsumsi Selama Kegiatan (12 kali)
Tiket Masuk TNMB

VII. Kelengkapan Peserta

Perlengkapan Materi (Binoculer, McKinonn, Kompas)

Perlengkapan Pribadi (Tenda, Matras, Bendera Organisasi, Sepatu, Jas Hujan, Topi Lapang, Obat – obatan pribadi, Snack Pribadi, Dan lain – lain)

VIII. PENDAFTARAN

 Pendaftaran dibuka mulai tanggal 28 Mei – 13 Juni 2012

Tempat pendaftaran:
1. Langsung di sekretariat GEMAPITA FKIP Universitas Jember Jl. Kalimantan III Gd. I FKIP Universitas Jember.
2. Melalui transfer di. No rek 143-000-4848-998 atas nama Bob Abdullah bank Mandiri cabang Situbondo (Konfirmasi pendaftaran dan pembayaran terakhir tanggal 13 Juni 2012)
3. Persyaratan pendaftaran melalui transfer dapat diserahkan pada saat daftar ulang

Daftar ulang dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Juni 2012 di Balai Taman Nasional Meru Betiri Jl. Sriwijaya no. 53 Jember, Jawa Timur Pukul 06.00 – 08.00 WIB.

IX. MATERI YANG DIBERIKAN

1. Kehutanan Umum
2. SDAHE
3. Ekologi
4. Flora
5. Fauna
6. Jurnalistik Lingkungan
7. Ekowisata
8. Advokasi Lingkungan
9. Perubahan Iklim
10. Pengamatan Masyarakat
11. Interpretasi
12. Analisa Vegetasi
13. Pengamatan Burung
14. Penganmatan Penyu
15. Hitung Karbon
16. Karnivora Besar
17. Analisa air
18. Tanaman Obat
19. Raflesia
20. Managemen Ekspedisi

X. PEMATERI

1. TN. Meru Betiri
2. BKSDA Wilayah III Jawa Timur
3. Ir. Wahyu Giri (Pihak Akademisi)
4. Agus Wiyono (Koordinator Masyarakat Ekowisata Jawa Timur)
5. Chuck Satu Widarsha (Jurnalis Detik.com)
6. Bambang Catur Nusantara, S.H (Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Jawa Timur)
7. Didik Raharyono (Koordinator Peduli Karnivor Jawa)
8. Ir. Siti Maimunah (Koordinator Forum Masyarakat Sipil Indonesia untuk keadilan Iklim)
9. Drs. Rosdy Bachtiar (Relawan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia)
10. Ir. Alpha Nugroho (Tim ekspedisi harimau Jawa tahun 1997-1999)

NB :
Bagi seluruh peserta MBSC XIV berkumpul di kantor balai T.N Meru Betiri (Jl. Sriwijaya 53 Jember, Jawa Timur) pukul 06.00 WIB.
Hal – hal terkait MBSC XIV yang belum tercantum dapat menghubungi panitia.

CP:
Bob Abdullah : 085232664900
Nurul Daviq K : 085655848489
Kemudian..

Rabu, 04 April 2012

Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD)

I. PENDAHULUAN

Kegiatan Alam Terbuka adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan di lokasi yang masih alami baik berupa hutan, gunung, pantai dll. Kegiatan di alam terbuka saat ini banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif wisata, kegiatan pendidikan dan bahkan penelitian. Selain untuk tujuan-tujuan tersebut, kegiatan ini juga bermanfaat untuk mengenal Kebesaran Ilahi melalui keajaiban alam yang merupakan ciptaan-Nya berupa berbagai keanekaragaman hayati yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri.

Namun dalam pelaksanaannya, kegiatan ini ternyata memiliki resiko yang cukup tinggi. Karena tidak seperti kegiatan wisata lainnya yang didukung oleh fasilitas yang menunjang keselamatan pelaku atau pengunjung, Kegiatan Alam Terbuka justru sangat rentan terjadinya kecelakaan karena memang kegiatan ini dilaksanakan ditempat yang masih `lami seperti kondisi perbukitan terjal, jurang, aliran sungai yang deras, dan kondisi alam lainnya yang berpotensi menimbulkan bahaya dan juga mempersulit upaya penyelamatan bagi korban atau penderita.

Meskipun bukan suatu hal yang diharapkan, kecelakaan (accident) memerlukan langkah antisipatif yang diantaranya dengan mengetahui atau mendiagnosa penyakit maupun akibat kecelakaan, penanganan terhadap korban dan evakuasi korban bila diperlukan. Hal ini memerlukan pengetahuan agar korban tidak mengalami resiko cidera yang lebih besar.

II. DEFINISI

Pertolongan Pertama (PP) adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan pertolongan dari tenaga medis. Ini berarti:

1. Pertolongan Pertama harus diberikan secara cepat walaupun perawatan selanjutnya tertunda.
2. Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit korban bukan menambah sakit korban.

III. DASAR-DASAR PERTOLONGAN PERTAMA

Pertolongan Pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban mendapatkan perawatan dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan Pertama (PP) ini bukanlah tindakan pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosa penyakit agar si penderita sembuh dari penyakit yang dialami. Pertolongan Pertama biasanya diberikan oleh orang-orang disekitar korban yang diantaranya akan menghubungi petugas kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus diberikan secara cepat dan tepat sebab penanganan yang salah dapat berakibat buruk, cacat tubuh bahkan kematian.

Namun sebelum kita memasuki pembahasan kearah penanggulangan atau pengobatan terhadap luka, akan lebih baik kita berbicara dulu mengenai pencegahan terhadap suatu kecelakaan (accident), terutama dalam kegiatan di alam bebas. Selain itu harus kita garis bawahi bahwa situasi dalam berkegiatan sering memerlukan bukan sekedar pengetahuan kita tentang pengobatan, namun lebih kepada pemahaman kita akan prinsip-prinsip pertolongan terhadap korban. Sekedar contoh, beberapa peralatan yang disebutkan dalam materi ini kemungkinan tidak selalu ada pada setiap kegiatan, kita dituntut kreatif dan mampu menguasai setiap keadaan.

a. Prinsip Dasar

1. Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya
2. Pakailah metode atau car` pertolongan yang cepat, mudah dan efesien
3. Biasakan membuat cataan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah Anda lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb

b. Sistematika Pertolongan Pertama

1. Jangan Panik.
2. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya.
3. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.
4. Pendarahan.
5. Perhatikan tanda-tanda shock.
6. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.
7. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.

IV. KASUS-KASUS KECELAKAAN / GANGGUAN DALAM KEGIATAN ALAM TERBUKA

Berikut adalah kasus-kasus kecelakaan atau gangguan yang sering terjadi dalam kegiatan di alam terbuka, berikut gejala dan penanganannya:
a. Pingsan (Syncope/collapse)
b. Dehidrasi
c. Pusing/Vertigo/Nyeri Kepala
d. Maag/Mual
e. Lemah jantung
f. Histeria
g. Mimisan
h. Kram
i. Memar
j. Keseleo
k. Luka
l. Pendarahan
m. Patah Tulang/fraktur
n. Luka Bakar
o. Hipotermia
p. Keracunan makanan atau minuman
q. Gigitan binatang
    1. Gigitan Ular
    2. Gigitan Lipan
    3. Gigitan Lintah dan Pacet
    4. Sengatan Lebah/Tawon dan Hewan Penyengat lainnya

V. EVAKUASI KORBAN

Adalah salah satu tahapan dalam Pertolongan Pertama yaitu untuk memindahkan korban ke lingkungan yng aman dan nyaman untuk mendapatkan pertolongan medis lebih lanjut.

Prinsip Evakuasi:
1. Dilakukan jika mutlak perlu
2. Menggunakan teknik yang baik dan benar
3. Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki semangat untuk menyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau bahkan kematian

VI. PENUTUP

Pertolongan Pertama adalah sebagai suatu tindakan antisipatif dalam keadaan darurat namun memiliki dampak yang sangat besar bagi penderita atau korban. Kesalahan diagnosa dan penanganan dapat mendatangkan bahaya yang lebih besar, cacat bahkan kematian. Satu hal yang perlu diingat adalah Pertolongan Pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban mendapatkan perawatan dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan Pertama (PP) ini bukanlah tindakan pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosa penyakit agar si penderita sembuh dari penyakit yang dialami. Serahkan penangan`n selanjutnya (bila diperlukan) pada dokter atau tenaga medis yang berkompeten.
Kemudian..

Sabtu, 22 Oktober 2011

Mangrove oh Mangrove

Bencana Tsunami pada Desember 2004 mengingatkan kita bahwa bencana alam adalah bagian dari negeri ini yang harus kita pahami. Sebagai negeri yang sangat akrab dengan bencananya, pemahaman bahwa akibat buruk dari suatu bencana seharusnya disadari oleh seluruh warganya. Salah satu cara untuk meminimalkan akibat dari bencana adalah mengelola lingkungan (environment) dengan penuh kebijakan.

UU No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan telah mengingatkan bahwa pengelolaan dan pelestarian HUTAN sebagai salah satu bagian terpenting dari lingkungan adalah mutlak dan wajib dilakukan. Pasal 1 ayat 8-9 UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan mengatakan:
(8) Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
(9) Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

Dan sekarang kita bicara tentang salah satu ekosistem hutan yang mempunyai fungsi sebagai hutan lindung dan hutan konservasi yang telah banyak disalahgunakan demi kepentingan ekonomi, yaitu: Hutan Mangrove.

Apa sih Hutan Mangrove itu?
Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish) dan grove (English). Secara umum hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe ekosistem hutan yang tumbuh di suatu daerah pasang surut (pantai, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas pada saat air laut surut dan komunitas tumbuhannya mempunyai toleransi terhadap garam (salinitas) air laut. Tumbuhan yang hidup di ekosistem mangrove adalah tumbuhan yang bersifat halophyte, atau mempunyai toleransi yang tinggi terhadap tingkat keasinan (salinitas) air laut dan pada umumnya bersifat alkalin.

Hutan mangrove di Indonesia sering juga disebut hutan bakau. Tetapi istilah ini sebenarnya kurang tepat karena bakau (rhizophora) adalah salah satu keluarga tumbuhan yang sering ditemukan dalam ekosistem hutan mangrove. Flora ekosistem hutan mangrove sangat bervariasi, tetapi pada umumnya adalah flora yang bersifat halophyte.

Jenis-jenis tumbuhan yang hidup di hutan mangrove antara lain:
• Avicenniaceae (api-api, black mangrove, dll)
• Combretaceae (teruntum, white mangrove, zaragoza mangrove, dll)
• Arecaceae (nypa, palem rawa, dll)
• Rhizophoraceae (bakau, red mangrove, dll)
• Lythraceae (sonneratia, dll)

Sementara fauna ekosistem hutan mangrove juga sangat beragam, mulai dari hewan-hewan vertebrata seperti berbagai jenis ikan, burung, hewan amphibia, dan ular sampai berbagai jenis hewan invertebrata seperti insecta, crustacea (udang-udangan), moluska (siput, keong, dll), dan hewan invertebrata lainnya seperti cacing, anemon dan koral. Ekosistem hutan mangrove adalah salah satu ekosistem hutan yang sangat kaya akan flora dan faunanya.

Apa manfaatnya?
Manfaat hutan mangrove sangatlah banyak. Beberapa diantaranya dapat disebutkan dibawah ini:

A. Fungsi Fisik:
1. Menjaga agar garis pantai tetap stabil.
2. Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi.
3. Menahan badai/angin kencang dari laut.
4. Menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya lahan baru.
5. Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar.
6. Mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.

B. Fungsi Biologi:
1. Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan.
2. Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang.
3. Tempat berlindung, bersarang dan berkembang.biak dari burung dan satwa lain.
4. Sumber plasma nutfah & sumber genetik.
5. Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.

C. Fungsi Ekonomi:
1. Penghasil kayu bakar, arang, bahan bangunan.
2. Penghasil bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, kosmetik, dll.
3. Penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting, bandeng melalui pola tambak silvofishery.
4. Tempat wisata, penelitian & pendidikan.

Sebagai ekosistem hutan yang cukup unik, kegunaan hutan mangrove tidak terlepas dari letaknya antara daratan dan laut. Letak itulah yang membuat hutan mangrove berfungsi utama sebagai penahan abrasi air laut dan pengikisan pantai oleh air laut. Tanpa hutan mangrove yang berfungsi sebagai penahan abrasi, kita akan melihat garis pantai Indonesia yang terpanjang kedua di dunia (setelah Kanada) sepanjang 81.000 km akan terkikis habis.

Pengrusakan Hutan Mangrove!!!
Di Riau, sekitar 6 pulau telah tenggelam akibat abrasi air laut. Keenam pulau itu adalah Nipah, Barkih, Raya, Jenir, Desa Muntai dan Sinabo. Tenggelamnya pulau-pulau itu adalah akibat eksploitasi hutan mangrove yang begitu membabi-buta di Riau.
 

Di Jawa Tengah, kerusakan hutan mangrove diperkirakan sekitar 90% dari total hutan mangrove yang ada di pantura Jateng. Kerusakan itu terjadi di 7 kabupaten yaitu Rembang, Demak, Jepara, Kota Semarang, Kendal, Kota Tegal, dan Brebes. Abrasi pantai akibat pengrusakan mangrove di tujuh daerah tersebut adalah sekitar 5.400 hektar.
 

Di Kalimantan Timur, kurang lebih 370.000 hektar hutan bakau di provinsi itu sudah hancur dan dikonversi menjadi tambak udang. Sementara itu luas hutan bakau yang ada diperkirakan sekitar 512.000 hektar.
 

Di Bekasi, dari sekitar 15.000 hektar hutan mangrove yang ada, kini tinggal hanya sekitar 600 hektar saja yang tersisa. Pengrusakan itu disebabkan oleh pembabatan hutan oleh masyarakat sekitar dan juga oleh pemukiman

Dan masih banyak contoh lain pengrusakan hutan mangrove di seluruh Indonesia.

Jawa Timur...
Di Jawa Timur keberadaan mangrove tersebar di hampir semua Daerah Tingkat II di Pantura Jawa Timur. Hal ini disebabkan struktur/karakter pantai yang mendukung pertumbuhan vegetasi mangrove. Hutan mangrove dapat tumbuh pada daerah pesisir yang memiliki ciri khusus, yaitu:
1. memiiliki topografi pantai yang landai dengan kemiringan 0-5 derajat,
2. adanya pengaruh pasang surut, adanya suplai air tawar,
3. beriklim sedang dengan kisaran suhu 25 - 30 Derajat Celcius.

Daerah Pantura yang memiliki potensi tumbuhnya mangrove/memenuhi syarat tumbuhnya mangrove adalah daerah Delta Brantas, namun ironis sekali sebab daerah ini merupakan daerah urban dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi yang memerlukan banyak fasilitas infrastruktur dan memanfaatkan wilayah pesisir:
1. dengan melakukan reklamasi pantai,
2. pembangunan/perluasan dermaga,
3. pembangunan perumahan pantai, sarana rekreasi, industri, dan
4. pembangunan tambak.

Sehingga selain berdampak pada kerusakan mangrove, kini daerah perairan Delta Brantas terancam telah tercemar. Kondisi pesisir Pantura Jawa Timur saat ini mengalami beberapa kerusakan lahan terutama daerah yang telah digunakan sebagai tambak intensif yang mengalami kegagalan dan ditinggalkan pemiliknya, sehingga saat ini banyak lahan tidur yang terdapat di daerah Situbondo dan Probolinggo. Berhentinya rencana pembangunan di daerah Pantai Timur Surabaya membuat hutan mangrove yang terlanjur dibabat kini tak terurus, karena:
1. Belum ditetapkannya tata ruang pesisir, sehingga terjadi penyerobotan hutan mangrove dan pengalihan fungsi yang cenderung merusak kelestarian lingkungan,
2. Tidak tegasnya Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Timur dalam menangani masalah kerusakan pesisir,
3. Tidak jelasnya instansi yang bertanggung jawab dalam upaya pengelolaan dan pengawasan kawasan pesisir Pantura Jawa Timur,
4. Lemahnya data potensi keanekaragaman hayati pesisir dan manfaatnya.

Kerusakan ekosistem mangrove dan pesisir akan bertambah dahsyat apabila Pemerintah Daerah lambat dalam menangani masalah tersebut, sebagaimana kita terlambat mengetahui bahwa 4 jenis vegetasi mangrove di daerah Delta Brantas telah punah dan terancam punahnya beberapa jenis burung air dari ordo Ciconiformes, dan semakin tingginya tingkat pencemaran B3 di kawasan kota pesisir (Surabaya, Sidoarjo dan Pasuruan).

Sumber-sumber pengrusakan hutan mangrove antara lain:
• usaha tambak udang
• penebangan kayu dan logging
• penambangan minyak lepas pantai
• pencemaran bibir pantai
• tourism
• urbanisasi dan perluasan wilayah
• pembangunan jalan dan infrastruktur

Jika hal itu dibiarkan, dalam beberapa puluh tahun kedepan, hutan mangrove di Indonesia akan tinggal kenangan. Dan Indonesia, yang menjadi surga mangrove terbesar didunia, akan merasakan akibat yang sangat parah dari rusaknya ekosistem mangrove itu.

Harga yang dibayar akibat perusakan teramat sangat mahal dibandingkan harga sebuah konservasi.

Lalu...
Akankah kita hanya berdiam diri saja dan melihat semuanya yang dilakukan (kebiadaban terhadap mangrove) terjadi begitu saja.

Atau...
Ayo selamatkan Ekosistem Hutan Mangrove. Demi lingkungan bumi, demi anak cucu manusia, demi masa depan planet ini, dan demi bumi yang lebih bersahabat bagi manusia.

Maka...
Beri dukungan (moral dan material) pada usaha-usaha yang bertujuan menjaga kelestarian hutan mangrove.
Beri dukungan bagi kebijakan-kebijakan pelestarian hutan mangrove dan lawan segala bentuk eksploitasi hutan mangrove demi kepentingan ekonomi.
Berikan pendidikan pelestarian lingkungan sejak dini. Dan ajarkan bahwa pelestarian hutan (mangrove) adalah salah satu cara membuat bumi semakin baik.



Terima kasih untuk beberapa situs dan sumber yang dipakai dalam tulisan ini.
Kemudian..